Kamis, 02 Januari 2014

Adab terhadap Quran

Untuk kita renungkan..

Adab terhadap Alqur'an

Oleh: Awyy A Qolawwun

Agama itu diterima dg hati, bukan dg akal. Akal hanya
syarat untuk menjalankan agama ini...

1. Kemarin aku kultwit perihal apakah boleh wanita haid
membaca/memegang Qur'an? http://t.co/tVger2Exep
dan setelahnya ada pertanyaan2

2. Di antara pertanyaan2 sahabat2 pembaca kultwitku
adl bagaimana sekarang semisal jika kita di kendaraan
& ingin tilawah?

3. Sementara tentu saja namanya di perjalanan tdk
memungkinkan untuk wudhu & sementara hati tenang
dg tilawah?

4. Ada jg pertanyaan "nawar" soal aplikasi Qur'an di
gadget, masa' mesti wudhu dulu, lagian males jg mau
wudhu, dan daripada nganggur...

5. ...mending baca tilawah di gadget tu tanpa harus
repot2 wudhu, lagipula ada yg membolehkan.
Pertanyaan2 yg cukup terarah..

6. Sebelum menjawab pertanyaan2 itu kemarin, aku
sempat tercenung, apa sih sulitnya wudhu untuk baca
Qur'an?

7. Dan jika tak punya wudhu serta semisal ada di
perjalanan, apa tidak bisa mengganti tilawah (yg ada
tatakrama wudhu) dg dzikir/sholawat?

8. Sempat jg terlintas pikiran, apa saking terdidiknya
dlm cekokan alam rasionalitas sehingga bertatakrama
pd Qur'an pun tak sempat?

9. Seperti di awal kultwitku kemarin (makanya mbok ya
dibaca dg tenang, jangan tergesa) bahwa persoalan dg
Qur'an bukan cuma semata hukum

10. Tetapi jg tatakrama, adab kita kepada Kitab Suci
ini. Sangat ketat sekali para Ulama terdahulu kita
mendidik adab pd Qur'an ini

11. Dan adab terbesar kepada Qur'an adl
memegangnya, membawanya dan membacanya dalam
keadaan diri kita suci dari najis dan hadats

12. Ini bukan persoalan daripada nganggur mending
tilawah, bukan persoalan tenang sebab tilawah, bukan
soal ngejar target one day one juz

13. Tetapi lebih pada seberapa ketundukanmu pd
aturan syariat terhadap Qur'an dan seberapa adabmu
kepada Qur'an

14. Sebab Qur'an bukan bacaan biasa, bukan novel,
bukan buku2 pelajaran, tapi ia adl Kitab Suci yg kita
dididik beda dlm menghadapinya

15. Makanya dlm definisi Qur'an sendiri ada kalimat
"muta'abbadun bi tilawatih", membacanya dianggap
ibadah. Nah pantaskah ibadah dg hadats?

16. Bahkan di sana ada kitab khusus yg ditulis soal ini,
oleh Imam Annawawi, "Attibyan fi adabi hamalatil
Qur'an", soal tatakrama pd Qur'an

17. Mulai bagaimana kita membawanya, yakni dg
didekap di dada, bukan dikepit di ketiak (mana
ketiaknya bau & bajunya kuning bekas keringet)

18. Bukan pula dicangking kayak membawa koran atau
buku2 bacaan biasa. Saat membacanya dipangku atau
diangkat dg tangan...

19. Bukan dg meletakkannya begitu saja di lantai
sejajar dg kaki kita yg bau kaos kaki nggak dicuci
sebulan itu...

20. Tidak meletakkan benda apapun meski pena
(apalagi kacamata, atau yg lain) di atas Qur'an saat
membacanya. Membalik halamannya...

21. ...tidak dg jari yg kita kasih ludah apalagi mulut
belum sikatan lagi. Saat meletakkannya bertumpuk
Qur'an mesti diletakkan paling atas

22. Dan lain sebagainya dari seabreg bagaimana tata
cara kita beradab kepada Qur'an, kepada sumber
syariat...

23. Sangat kontras, sangat paradoks sekali saat
seseorang semangat menjalankan/menegakkan syariat
tp dia kurang ajar pada sumber syariat 

24. Makanya aku sempat aku bilang bahwa seseorang
itu bisa kufur bukan sbb tidak menjalankan syariat, tapi
karena kurang ajar kepada syariat

25. Dan setan serta nafsu jg pinter dlm menjerumuskan,
tak hanya dg cara jelek, tapi dg cara yg seolah bagus
tapi hakikatnya jelek

26. Semisal tilawah tanpa wudhu. Ini hanya contoh
kecil saja. Masih banyak sekali modus kebaikan tp
ternyata itu jebakan setan

27. Makanya, ada kata hikmah tenar berbunyi gini, man
tafaqqoha wa lam yatasawwof fa qod tafassaq

28. Bahwa orang menjalankan syariat saja tanpa
tatakrama, tanpa adab, kurang ajar, bisa2 dia jadi fasiq,
segaris saja dg kufur

29. Wa man tashowwafa wa lam yatafaqqoh fa qod
tazandaq.. Dan yg tatakrama saja tanpa menjalankan
syariat, bisa2 zindiq, awal kekufuran

30. Lha yg tepat gimana? Wa man tafaqqoha wa
tashowwafa, fa qod tahaqqoq.. Yg menjalankan syariat
+ tatakrama, maka dia sampai hakikat agama

31. Aku pribadi tidak ada aplikasi Qur'an di gadgetku,
sbb apa saja bisa masuk di gadget, mulai dari "surga"
sampai "neraka"...

32. Belum lagi kita meletakkan gadget seenaknya.
Sekali lagi ini bukan persoalan boleh atau tidak, tetapi
tatakrama

33. Makanya pesan abadi Guru Besar kami adl
"Addzauq fauqol ilm", bahwa kepekaan bertatakrama itu
di atas ilmu

34. Ilmu, setinggi apapun; gelar, sebanyak apapun,
tanpa kepekaan tatakrama & tanpa ketinggian adab,
hanya menghasilkan sosok memuakkan

35. Apalagi pada Qur'an, maka jika ingin dpt faedah
tilawah, jaminan tilawah kita diterima Allah,
bertatakramalah pada Qur'an

36. Dan tatakrama terpenting pada Qur'an adl
membacanya dlm keadaan suci, dlm keadaan kita
punya wudhu...

37. Jangan asal semangat, asal ngejar ODOJ, sampai
tilawah nggak wudhu, haid2 tetep tilawah, keplek itu
namanya

38. Karena agama ini bukan hanya menjalankan
syariat, tetapi bagaimana beradab pada syariat,
beradab pada sumber syariat (Qur'an)

39. Juga beradab pada Sang Pembawa Syariat (Nabi
Muhammad). Tak ada faedah apapun jika berani
kurang ajar pada Qur'an dan kepada Nabi

40. Semoga menambah ilmu, manfaat, barokah dan
mencerahkan serta semakin tahu bertatakrama kepada
Al-Qur'an. Salam.