Rabu, 17 April 2013

Sirah Nabawiyah - Sejarah Pendirian Ka'bah

Ust Abi Makki : Sirah Nabawiyah
Kajian tanggal 21 Maret 2013, dilanjutkan tanggal 18 April 2013

Sesi Pertama:
Cerita soal Ka'bah yang rusak akibat kebakaran, jaman sebelum beliau menjadi Rasul.
Kiswah Kabah terlalu tebal, lalu kebakaran. Lalu dibangun lagi.

Orang Quraisy bermusyawarah:
1. masalahnya Kabah terbuat dari batu, orang Mekkah biasa membuat rumah dari tanah, harus ada insinyur yang ahli membuat bangunan dari batu.

2. Ka'bah terdiri dari 2 tingkat, harus ada kayu yang menopang.
Tidak ada kayu di Mekkah

Kemudian ada budak dari Nejuran, dia ahli membuat bangunan dari batu. Budak dibeli.
Subhanallah, ada kayu terdampar di lautan Mekkah. Alhamdulillah dimudahkan.

Kemudian pertanyaannya, apakah dihancurkam semua lalu dibangun dari awal? Atau diperbaiki saja.

Diputuskan menghancurkan Ka'bah untuk memperbaiki pondasinya, tapi lalu tidak ada yang berani, takut ada burung Ababil.
Kecuali ada satu: Walid bin Nughirah berkata: kita niatnya lain, tidak usah takut...
Dan dia pun bekerja sendiri, menghancurkan Ka'bah untuk dibangun lagi pondasinya.
Di pondasinya, ada batu sehijau jamrud. Dicungkilnya dengan linggis. Saat diangkat dan terjatuh, Ka'bah bergetar...

Kemudian xxx berkata: bangunlah di atas pondasi ini, karena batu inilah yang dibangun oleh malaikat.

3. Orang Quraisy yang masih menyembah berhala pada waktu itu pun, tahu bahwa ini Rumah Allah, dan melarang ada uang haram dipergunakan untuk membangun Ka'bah.
~> maka bila ada masjid yang sepi, pengajiannya tidak bagus, mungkin dana pembangunannya dari uang yang tidak halal.

Uang halal yang terkumpul hanya sedikit.
Hijr Ismail: tempat Nabi Ismail beristirahat.

4. Jadi, Ka'bah dibangun seukuran itu, dan Hijr Ismail termasuk bagian Ka'bah..
~> Ka'bah saja dulu kurang dana, jadi buatlah sesuai dana yang ada, bangunlah sesuai kemampuan.

5. Selesai semua, tinggal menaruh Hajar Aswad.
Hajar Aswad adalah batu yang diberikan Jibril ke nabi Ibrahim, tempat start dan finish Thawaf.

Semua bani merasa berhak membawa Hajar Aswad, akhirnya kabilah ribut semua. Semua ingin berperang karena menginginkan kemuliaan.

Ibnu 'Aid, sesepuh kota Mekkah menasihati lalu diputuskan siapapun besok yang pertama kali datang ke Ka'bahlah yang menentukan siapa yang berhak menaruh Hajar Aswad dari pintu Babussalaam. Hal ini dirahasiakan dan mereka menunggu siapa yang lewat setiap paginya..

Ternyata yang datang adalah Rasulullah yang masih muda yang belum menjadi Nabi. Tapi semua sudah percaya dan menyebutnya Al Amin, dapat dipercaya. Semuanya ridho nahwa Nabi Muhammad yang memilih siapa yang berhak menaruh Hajar Aswad.

Rasulullah membuka sorbannya, menaruh batu Hajar Aswad di atasnya, lalu mempersilahkan semua wakil Kabilah membawanya berlima dengan memegang ujung-ujung kainnya dan akhirnya beliau yang menaruhnya di Ka'bah.

Raja Bahrain, Kirmid, pernah menghancurkan dan mengambil Hajar Aswad. Lalu anaknya yang sholeh mengembalikannya. Tapi dia bingung yang mana batunya. Dikatakan utusan Mekkah bahwa ciri Hajar Aswad: 1. Tidak akan hancur terbakar bagaimanapun panasnya.
2. Terapung

Minyak wangi Ka'bah tidak disemprot melainkan diguyur dengan gayung.

Aslinya sebelum hancur, Hajar Aswad panjangnya sepanjang tangan sampai siku.
Warnanya mulanya berwarna putih tulang, menjadi hitam karena dosanya anak Adam.
Sekarang potongannya digabung dengan timah coklat dan dilingkari timah putih.
Sunnah bagi laki-laki menciumnya, sedangkan bagi wanita hukumnya mubah.
Sekarang banyak yang menawari jasa mencium hajar aswad tapi akhirnya orang itu meminta uang yang banyak. Lebih baik tidak karena berbahaya dan menzhalimi orang lain. Sebaiknya hanya mengecup dan melambaikan tangan ke arahnya, itu sesuai syar'i.

Rasulullah melakukan ini di tembok Ka'bah: menempelkan dadanya, pipi kanannya, tangan kanan kirinya lalu berdoa. Semoga bisa terlaksana tapi tak usah memaksakan diri.

Bila ke Tanah Suci dengan anak-anak niatkan untuk mendidik anak karena untuk melakukan sunnah-sunnah yang sulit sepertinya tidak mungkin.

Di Masjidil Haram lebih baik berdoa dengan hening, berdampingan dengan pasangan, berdoa pelan-pelan, tidak perlu dibimbing dengan suara keras, karena Rasulullah tidak suka hal yang demikian. Thawaf yang indah adalah thawaf yang tenang, damai, indah dan nikmat.

Next: Tanda-tanda Kenabian dan Wahyu Pertama.